Keponakanku Vito Sidqi Khairuzzad, senengnya bisa ke Jogja ketemu Umi Fina.. lengket teruuus... Sampe bilang kalau masuk pesantren maunya ke Gontor ajah, biar dekat Umi Fina. Terus sering ditengokin.
Posting Terkait:
Tag: Keponakanku Vito Sidqi Khairuzzad Rizz
Vito dan Umi Fina Affiany saat Vito pertama kali liburan ke Jogja, 2016 |
05 Agustus 2017. Seneng dan laporan setelah berhasil ompong... |
pinjem hapeku tapi ga ada game-nya, mau donlod eh ngga ada qequatannya alias no quota data... lanjut ajah bikin Video Blog keren ini
Keponakanku Vito Sidqi Khairuzzad
jatuh sakit, 09 Agustus 2017
Berusaha tetap ngasih jempol, kereen anak band |
Ditungguin Bunda saat sakit kecapean banyak aktifitas |
Jalan-jalan pertama selepas sakit, ke Stadion Persib Jalak Harupat |
Bersama Lintang, sepupunya, 3 hari selepas dirawat di Rumah Sakit |
Ahirnya berhasil manggung juga .. Kereeeen... anak mantan Pak RT. Acara tasyakuran Peringatan Hari Kemerdekaan RI di Lingkungan RW Komplek Taruna,
Ujung Berung Bandung |
Simak cuplikan live-nya
Duh, ini ada lagi aksinya yang keren bersama Teteh Nada..
Yuk nyanyi bareng yah!
Vokal: Anji
Judul: Dia
Di suatu hari tanpa sengaja
kita bertemu
Aku yang pernah terluka
kembali mengenal cinta
Hati ini kembali temukan
senyum yang hilang
Semua itu karena dia
Oh Tuhan… kucinta dia
Ku sayang dia, rindu dia, inginkan dia
Utuhkanlah…. rasa cinta dihatiku
Hanya padanya….untuk dia
Jauh waktu berjalan kita lalui bersama
Betapa di setiap hari ku jatuh cinta padanya
Di cintai oleh dia ku merasa sempurna
Semua itu karena dia..
Oh Tuhan… kucinta dia
Ku sayang dia, rindu dia, inginkan dia
Utuhkanlah…. rasa cinta dihatiku
Hanya padanya….untuk dia..
Oh Tuhan… kucinta dia
Ku sayang dia, rindu dia, inginkan dia
Utuhkanlah…. rasa cinta dihatiku
Hanya padanya….untuk dia..
…Hanya padanya..aaa...aaa.
untuk dia
Lebih seksi tanpa pakai "Ka", cukup Mojang Hill Bridge |
Posting Terkait:
Formasi Lengkap |
Lebih Lengkap Lagi (Tirtayasa, Idul Fitri 1438 Hijriyah) |
Tag: Keponakanku Vito Sidqi Khairuzzad Rizz
Masih menarikkah Gebyar Bumiayu Fair 2017 sebagai gebyarnya warga Brebes Selatan? Sebuah pertanyaan yang jawabannya tentulah akan beragam. Sebagian mungkin akan menjawab Gebyar Bumiayu Fair sudah tidak perlu dilaksanakan, sudah tidak memberi inspirasi apapun kecuali sebagai pasar malam. Mungkin sebagian akan menjawab optimis Gebyar Bumiayu Fair masih perlu dilaksanakan dengan aneka perbaikan dan kreasi baru. Namun tidak menutup kemungkinan sebagian warga akan menjawab terserah saja apa maunya para penguasa Gebyar Bumiayu Fair.
Sebelum berusaha membayangkan akumulasi jawaban yang akan muncul atas pertanyaan apakah Gebyar Bumiayu Fair sebagai ajang gebyarnya, atau ajang promosi potensi dan prestasi warga Kabupaten Brebes selatan, apakah masih menarik? Yuk coba kita kembali ke "ashbabun nuzul" Gebyar Bumiayu Fair yang tanpa terasa sudah berumur lebih dari sepuluh tahun.
Sedikit mengingat kilas balik pada awal kegiatan Gebyar Bumiayu Fair yang sudah dilaksanakan sejak era Wakil Bupati Brebes yang dikenal dekat dengan warga Bumiayu karena beliau berasal dari salah satu desa di Kecamatan Bumiayu. Dengan sedikit mengingat kilas balik ini semoga kita bisa menjawab pertanyaan dan memahami seberapa penting pertanyaan ini membutuhkan jawaban. Dalam bahasa kerennya, pada dasar keprihatinan melihat perkembangan Gebyar Bumiayu Fair 2017, semoga kita bisa menjawab substansi pertanyaan: Quo Vadis Bumiayu Fair.
Kilas Balik Gebyar Bumiayu Fair
Dari sisi tren politik nasional kala itu, pada tahun 2000 - 2004 sedang gencar gerakan memekarkan sebuah wilayah, jika semula sebuah Kecamatan, berusaha memekarkan diri menjadi sebuah wilayah Kabupaten dengan mengumpulkan beberapa wilayah Kecamatan yang dipandang memiliki kesamaan rumpun budaya, wilayah geografis dan lain sebagainya. Demikian pula yang terjadi dengan semangat beberapa eksponen di Bumiayu. Mereka berusaha menggagas dibentuknya sebuah kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Brebes. Adapun area yang dihimpun adalah Kecamatan yang berada di wilayah Brebes selatan pada umumnya. Nama kabupaten baru dimaksud adalah Kabupaten Bumiayu dengan ibukota Kabupaten di wilayah Kecamatan Bumiayu.
Jadi, Adakah Korelasi Gerakan Pemekaran Kabupaten Bumiayu dengan Gebyar Bumiayu Fair? Saya menduga ada korelasinya, ada hubungan sebab akibatnya.
Kembali kepada apakah Gebyar Bumiayu Fair masih menarik dan relevan dilaksanakan? Setidaknya saya membayangkan jika pertanyaan ini diajukan kepada warga Bumiayu akan terkumpul 3 kelompok jawaban sebagai berikut:
Pertama, kelompok jawaban yang ekstrim, yaitu berharap agar Gebyar Bumiayu Fair stop saja karena sudah tidak menarik, pilihan dihentikan saja sebagai agenda tahunan Kabupaten Brebes di Kecamatan Bumiayu dan menggantinya dengan gebyar lain yang lebih baik.
[sorry, under develop]
Sebelum berusaha membayangkan akumulasi jawaban yang akan muncul atas pertanyaan apakah Gebyar Bumiayu Fair sebagai ajang gebyarnya, atau ajang promosi potensi dan prestasi warga Kabupaten Brebes selatan, apakah masih menarik? Yuk coba kita kembali ke "ashbabun nuzul" Gebyar Bumiayu Fair yang tanpa terasa sudah berumur lebih dari sepuluh tahun.
Sedikit mengingat kilas balik pada awal kegiatan Gebyar Bumiayu Fair yang sudah dilaksanakan sejak era Wakil Bupati Brebes yang dikenal dekat dengan warga Bumiayu karena beliau berasal dari salah satu desa di Kecamatan Bumiayu. Dengan sedikit mengingat kilas balik ini semoga kita bisa menjawab pertanyaan dan memahami seberapa penting pertanyaan ini membutuhkan jawaban. Dalam bahasa kerennya, pada dasar keprihatinan melihat perkembangan Gebyar Bumiayu Fair 2017, semoga kita bisa menjawab substansi pertanyaan: Quo Vadis Bumiayu Fair.
Kilas Balik Gebyar Bumiayu Fair
Dari sisi tren politik nasional kala itu, pada tahun 2000 - 2004 sedang gencar gerakan memekarkan sebuah wilayah, jika semula sebuah Kecamatan, berusaha memekarkan diri menjadi sebuah wilayah Kabupaten dengan mengumpulkan beberapa wilayah Kecamatan yang dipandang memiliki kesamaan rumpun budaya, wilayah geografis dan lain sebagainya. Demikian pula yang terjadi dengan semangat beberapa eksponen di Bumiayu. Mereka berusaha menggagas dibentuknya sebuah kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Brebes. Adapun area yang dihimpun adalah Kecamatan yang berada di wilayah Brebes selatan pada umumnya. Nama kabupaten baru dimaksud adalah Kabupaten Bumiayu dengan ibukota Kabupaten di wilayah Kecamatan Bumiayu.
Jadi, Adakah Korelasi Gerakan Pemekaran Kabupaten Bumiayu dengan Gebyar Bumiayu Fair? Saya menduga ada korelasinya, ada hubungan sebab akibatnya.
Kembali kepada apakah Gebyar Bumiayu Fair masih menarik dan relevan dilaksanakan? Setidaknya saya membayangkan jika pertanyaan ini diajukan kepada warga Bumiayu akan terkumpul 3 kelompok jawaban sebagai berikut:
Pertama, kelompok jawaban yang ekstrim, yaitu berharap agar Gebyar Bumiayu Fair stop saja karena sudah tidak menarik, pilihan dihentikan saja sebagai agenda tahunan Kabupaten Brebes di Kecamatan Bumiayu dan menggantinya dengan gebyar lain yang lebih baik.
[sorry, under develop]